Thursday, July 25, 2013

Ramadhan Bercerita-16: Aku, Kami, Mereka Butuh Keadilan

Aku mau marah marah lagi. Pasti kalian pernah lihat sebuah band bubar, girlband personilnya keluar satu persatu, bahkan sebuah komunitas yang bubar. Well, aku sering banget mencari cari apasih sebenernya alesan bubarnya ketiga elemen diatas. Dan aku sudah nemu jawabannya...

Alesannya adalah ketidakadilan. Aku mengasosiasikannya band itu seperti negara Indonesia, anggotanya bandnya terdiri dari beberapa pulau besar di Indonesia dan anggota yang pengen keluar dari band itu adalah Papua. Band ini sudah melanglang buana manggung dimana mana, di PBB, di ASEAN bahkan di pernah manggung di daftar negara terkorup didunia. Seiring perkembangan jaman, band ini butuh alat yang memadai. Oleh manajernya (presiden) dibelikannya masing masing personil alat yang canggih. Jawa pada vokalis diberi mic yang keren. Sumatera pada gitar dan Kalimantan pada bass diberikan alat yang paling canggih. Papua pada drum, cuman diberikan alat seadanya, bekas studio band yang telah usang. Papua tentunya protes, tapi dia cuman dapet jawaban dari manajer "sabar ya, saya adil kok orangnya". Papua cuman menangguk.


Manajer sangat sayang pada jawa, hingga tiap hari dibelikan berbagai merk mic. Bahkan saat perform disebuah panggung, jawa menjadi frontman. Berbeda dengan Papua. Papua ini yang mengarang lagu untuk band Indonesia ini, dia sebagai "penghasil" karya, yang mengaransemen Sumatera dan Kalimantan, dan lagi lagi yang disanjung Jawa. Hingga pada suatu kesempatan, si Papua memberontak gak pingin main diacara PON. Band pun terasa goyah karna tampil akustik, manajer bergumam menggerutu dan akhirnya memberikan Papua sebuah alat drum yang bagus. Papua menolak. Manajer memberikannya uang kontrak yang besar dan sama nilainya dengan personil lain. Papua lagi lagi menolak. Dengan marah, tentunya menuruh crew (menteri) untuk ngomong ke Papua. Crew bilang, "Kamu ini kenapa, manajer sudah memberikanmu alat bagus, sudah memberikan kualitas yang SAMA seperti yang lain, manajer sudah memberi PERSAMAAN sama kamu". Dengan muka tegas, Papua jalan keruang para personil dan tentunya manajer ada disana, dia bilang " Aku tidak butuh hormat kalian, aku tidak butuh persamaan, AKU BUTUH KEADILAN!!!". Di ruang personil lalu semua terdiam.... semoga tidak bubar.

Itu cuman asosiasi aja. Kalau aku pernah mengalami ini sewaktu ikut SSB(sekolah sepak bola) Putra Yudha. Sewaktu berlatih disana, semua mendapat porsi yang sama, tapi waktu pertandingan baru kelihatan belangnya. Pelatih cuman memainkan, pemain yang dia kenal keluarganya, yang membayar lebih. Sedangkan aku? hanya disuruh diam, memperhatikan teman bermain dan sesekali mengambil bola yang keluar dari lapangan. Memang aku waktu itu masih belum bagus mainnya, begitupun teman teman lain yang cuman memandang seperti aku dipinggir lapangan, tapi bukannya kami kesitu untuk berlatih, mendapatkan kesempatan bermain??? Pelatih???.... Hingga akhirnya satu persatu yang memandang dari pinggir lapangan ini pun pulang dan tak kembali berlatih. Ada yang besoknya ikut main, tentunya uang mereka juga kut main. Aku? aku memilih pulang dan tak kembali berlatih, hingga sekarang. Aku pergi, karna aku tidak mendapat keadilan disana. Sekarang, aku tidak tahu apa SSB itu tetap berlanjut memainkan tradisi ini. Pengalaman ini ternyata juga menghampiri teman ku di Stand Up Comedy Malang, namanya Fito. Kurang lebih, sama apa yang dialaminya dan di SSB yang sama.

Sekarang, aku tergabung belajar di Stand Up Comedy Malang. Kalau kalian tanya, apa komunitas ini juga akan bubar dan ditinggal satu persatu oleh anggotanya? mungkin, kalau tidak ada keadilan dan kesempatan yang sama pasti satu persatu akan pergi. Tapi aku berharap, komunitas ini tetap berlanjut dan solid. Kalaupun ada anggotanya yang pergi semoga bukan karna tidak adanya keadilan dan kesempatan yang sama. FYI, di Ibu kota sudah terjadi konflik semacam ini, mereka terpecah, semoga Malang tidak.

Terakhir, semoga tulisan ini bisa sampe ke orang yang  tepat . Persamaan tidak akan menciptakan sebuah keadilan kalau tidak ada kesempatan yang sama. Terimakasih...

2 comments: