Kemarin hari Minggu aku ke Pasar
Burung Malang (Splendid). Dari rumah ku sekitar 3km lebih 2cm. Aku kesana naik capung
horny, bareng om Bob Sadino. Mau berangkat, mama pengen ikut nebeng beli charger
BB. Tapi tempat sudah penuh, masa mau cenglu (bonceng telu) bareng om Bob
Sadino. Kita bertiga hening selama dua jam. Setelah hening dua jam, kita hening
lagi 5 menit. Berhubung aku anak baik, okelah mama boleh nebeng. Tapi cuman
sampai depan gang, setelah itu aku suruh naik ojek. Ojek gendong. Gendongnya di
ketiak, karna kalau di punggung sudah terlalu mainstream.
Sampai di Pasar Burung, aku
turun, sambil mata tertutup, meniup lilin dan makan beling. Tidak lupa kucium
kening om Bob Sadino, dia memelukku, aku menendang selangkangannya. Banyak
burung di sana, ada burung Gereja, burung Masjid, sampai burung Mushollah.
Burung langka juga banyak yang di jual, sangking langkanya, sampai gak tau nama
dan jenis burungnya.
Semua burung di sana tampak murung, mungkin karena dia jomblo, salahnya sendiri gak ikut Take Me Out Indonesia. Tapi, kalau dia ikut juga aneh, nanti Choky Sitohang bakalan ngomong:
Semua burung di sana tampak murung, mungkin karena dia jomblo, salahnya sendiri gak ikut Take Me Out Indonesia. Tapi, kalau dia ikut juga aneh, nanti Choky Sitohang bakalan ngomong:
“Berikutnya
peserta dari Malang, peserta...tunjukan BURUNG MUUU!!”
Tapi, aku paling suka sama satu
burung. Burungnya gak punya sayap, bentuknya aneh, biasanya di gambar di kamar
mand anak SD, warnanya coklat, kadang ada yang burik sih. Yap, ‘burung’
penjualnya. ‘Burung’ yang sering gondal gandul, kekiri ke kanan mengikuti arah
kaki dan slangkangan. Aku ngefans banget, berniat foto bareng, minta tanda tangan, terus salaman
sama burung itu.
Di splendid ini nampak bukan
seperti pasar burung. Lebih mirip sekte om om penyembah botol mizone. Di sini
juga ada Hamster. Sejak kapan yang namanya Hamster itu jenis burung. Mungkin
yang di maksud adalah jual ‘burung’ nya Hamster. Kecil amat, buat apa, mungkin
buat korek kuping atau semacam alat pijet refleksi tradisional.
Yaa, itulah sekilas tentang Pasar
Burung di Malang. Kalau ke Malang, selain ke lokalisasi terselubung mampir juga
dong ke sini, lumayan, ketemu om om lhoo, bisa foto bareng entar. Maaf,
postingan ini gak ada fotonya. Soalnya aku kemarin foto pake tamagochi gak
bisa, mau foto pakai DSLR gak punya, mau foto box gak ada yang buka. Sekian, tunggu posting berikutnya :-)
=)) selalu menarik untuk dibaca
ReplyDeleteTerimakasih Juventini :D
ReplyDelete