Ramadhan
kali ini beda banget dengan ramadhan tahun tahun sebelumnya karena di bulan
penuh berkah ini aku di temani seorang
cewek (dibaca: pacar). Dia keturunan Arab, sayang hidungnya gak mancung
(dibaca: pesek). Memang kurang afdol kalau Arab tapi gak mancung, itu sama aja
kaya orang asli papua tapi kulitnya putih, aneh. Dia juga putih, putihnya
alami, bukan kaya cewek kebanyakan yang
putih cuman muka doang karena pertumbuhan panu yang merata. Yang terpenting
dari semuanya, dia sholeha dan pake jilbab. Nama cewek ku Joko. Yaa bukanlah,
namanya Alwiyah. Aku biasa memanggilnya “Ndut” biar lebih unyu sedikit, alesan
lain aku panggil dia ndut karena emang beratnya 65Kg. Satu hal yang kurang dari dia adalah otak
kiri kanannya yang kurang sinkron. Karena mau maunya nerima aku yang mandi jarang
shampoan, berat setara sehelai kapas, dan gersang bulu di badan. Ngomong
ngomong soal bulu, cowok kurang lengkap tanpa adanya bulu di daerah kumis, dada
dan hidung. Dengan fisik ku yang seperti ini orang akan anggep aku kaya
banci, lebih parahnya mereka bisa panggil aku “CEWEK MACHO”. Itu bisa membuat
jatuh kredibilitasku sebagai lelaki sejati, inget SEJATI (mungkin).
Aku
ketemu Alwiyah sekitar 1 tahun lalu saat ikut tes SNMPTN (Seleksi Nasional
Masuk Perguruan Tinggi Negeri) di Universitas Brawijaya Malang. Awalnya, kita
saling lihat di hari pertama. Masih inget, betapa manis senyumnya saat kita
saling tatap muka. Sedikit malu malu, dia memalingkan muka untuk menghindari
tatapan ku yang MUPENG. Kami berada di
satu ruangan yang sama. Dia duduk di bangku paling depan, aku lesehan. Gak, aku
duduk 4 orang setelah dia. Dia pake baju putih jilbab item, aku pake Koteka
sambil bawa anak panah.
“Kringggg....Kringgggg...Kringgg”
suara bel pun membuyarkan tatapan ku.
Ujian
pertama di mulai, aku sama sekali gak konsentrasi, tatapan ku kosong seperti
seorang psikopat galau. Melihat soal ujian, rasanya ingin sekali aku dapat
pertanyaan,’Kapan mau kenalan sama cewek berjilbab item? Aku pun langsung
menjawab ,’SEKARANG!’. Tapi gak mungkin ada soal ujian seperti itu, kecuali di
sekolah kepribadian khusus banci autis.
“Kringggg...Kringggg...Kringgg”
suara bel, tanda selesai ujian hari pertama.
Maksud
hati pengen kenalan sama si doi, tapi suasana yang gak memungkinkan. Belum
lagi, badan uda gemeteran, tangan basah,
mirip orang kena tifus tapi di paksain ikut ujian. Ku niatkan kenalan di
keesokan harinya.
Kesokan
harinya, aku uda siap soal fisik dengan pake hem kotak kotak, celana jin ketat,
dan sepatu vans (KW). Tapi mental ku belum siap. Sampe di ruangan ujian,
terlihat Alwiyah duduk sendirian, karena memang dia bukan asli Malang jadi
waktu itu belum banyak teman dia di Malang. Aku duduk di kejauhan, melihat
mukanya, aku jadi mupeng. Tapi aku buang pikiran kotor itu jauh jauh. Pikiran
ku gak fokus ujian, tapi fokus caranya kenalan sama dia. Sebetulnya, gampang
aja aku kenalan sama dia tinggal bilang , ‘hay, Alwiyah yaa? boleh kenalan? Aku
Fariz’. Tapi gak sesimpel itu. Aku masih berpikir, gimana cara yang tepat kalo
seandainya aku di acuhkan. Misalnya,
‘Hay,
Alwiyah yaa? boleh kenalan? Aku Fariz’. Sapa ku sambil tersenyum.
‘HAH!
APA!’. Jawab dia di barengi alis mata yang di angkat satu, dengan tatapan
menghina melihat aku dari ujung rambut sampe kaki.
‘Iya,
aku Fariz, boleh kenalan gak?’
Alwiyah
jawab simpel,’GAKKKK!!!!’.
Kalau yang aku bayangin itu bener
kejadian, rasanya pengen mundur dua langka, dan pura pura jadi banci terus
kabur. Setelah berpikir lama, aku pun mau terima segala resiko kalau misalnya
dia gak mau kenalan. Ku dekati dia dengan berusaha mengontrol urat wajah agar
gak keliatan mupeng. Ku duduk si samping dia, bingung mau mengawali
pembicaraan, gak mungkin kalo aku mengawali pembicaraan dengan baca’an Al
Fatihah, entar di kira malah mau ngaji bareng dia. Akhirnya basa basi bodoh
yang pernah ku lontarkan saat itu adalah dengan bertanya, ‘jam berapa yaa?’
padahal saat itu jelas jelas aku bawa HP di tangan kanan. Benar aja, dia jawab
dengan ketawa,’Nah,itu kan bawa HP. Ngapain tanya? Kalo sekarang sih jam 9.45’.
Rasanya pengen segera menabrakkan diri ke mini bus.
“Kringggg....Kringgggg...Kringgg”.
Bel membuyarkan niatku berkenalan.
Sampai
di ruangan, kita duduk di bangku masing masing. Sama kaya hari sebelumnya, aku
gak konsen, tapi lembar jawaban aku isi full
sembari sesekali ngeliat muka Alwiyah yang nampak manis dari jauh. 120
menit berlalu, ujian pun selesai.
Semua
peserta tes meninggalkan ruangan tak terkecuali Alwiyah. Tapi, aku masih di
dalam ruangan meminta doa dari Taufik temen ku SMA, kebetulan satu ruangan dan
kebetulan juga dia mantan anggota BDI ( Badan Dakwah Islam ) pasti doanya
terkabul. Taufik mulai berdoa, aku meng amini sembari lihat Alwiyah yang masih
berdiri di luar pintu ruangan. Selesai berdoa, ku usapkan kedua telapak tangan
ku ke muka, ku lihat Alwiyah dan dia..... HILANGGGG!!!! Yaa, dia hilang seolah jin
yang kepanasan dengan doa si Taufik. Aku panik, keluar ruangan, mencari dia. Ku
cari di tong sampah gak ada, di ventilasi ruangan gak ada, ku cari di bungkus
permen Relaxa dan benar dia tidak ada di dalamnya. Lantas, aku turun ke lantai
bawah. Dia kulihat gak ada, ku usap keringat muka ku. Tiba tiba, ‘pluk’,
punggung ku di tepuk dari belakang. Aku kira sedang di tepuk Rommy Rafael untuk
di hipnotis, tapi setelah membalik pandangan ternyata si Alwiyah. Muka ku
terenyum gak jelas, badan gemeteran, rasanya uda mau kena epilepsi. Tapi, semua
gestur itu berubah setelah dia bilang,’ Mau kenalan yaa? . Aku grogi, tapi aku
jawab,
‘I..iyaa,
aku Fariz, kamu Alwiyah yaa? boleh minta nomer HP?, tanya ku sembari
bersalaman.
‘Iya,
nomer? Buat apa?
Di pikiran ku,’ cewe ini bloon
banget sih, minta nomer HP ya buat sms an lah, masa buat masang togel.’
‘Ya
buat sms an, kenalan lebih deket gituu.’ Tanya ku lagi setelah hening yang
cukup lama.
Singkat
kata singkat cerita, dia beri aku nomer HP, dan kita mulai dekat. Mulai dari
sms an, telponan, sampai tuker tukeran celana dalem. Gak, gak mungkin tukeran
celana dalem lah. Oke, sekian dulu, nanti di share lagi cerita selanjutnya, dan
harapan ku setelah nulis ini, SEMOGA ALWIYAH GAK ILFIIL BACA INI, :D