Thursday, November 27, 2014

Make Things Better Together

Nama aku Fariz. Nasib dan kotaku sama yaitu Malang. Nasib malangku level tinggi, kalau orang lain menganggap dirinya bernasib malang pas makan mie ayam pinggir jalan tetiba kejatuhan tai merpati kalau aku pas makan mie ayam tetiba kejatuhan tai, tapi tai Dajal. Nasib malang ini selalu mengikutiku setiap hari, bahkan waktu aku audisi stand up comedy dimana Radityadika dan Indro warkop yang menjadi juri. Di audisi pertamaku season 2 aku dicut Indro, diaudisi tahun berikutnya lagi lagi baru semenit uda dicut Indro, dan pada titik itu aku memutuskan untuk belajar lebih dalam stand up comedy. Tahun 2013 lalu tepatnya pada audisi season 4 perjuangan kerasku membuahkan hasil, diaudisi waktu itu alhamdulillah ada peningkatan, aku tidak lagi dicut sama Indro tapi dicut sama Radityadika.
Nasibku memang malang tapi ideku cukup cemerlang. Pada tahun 2014 akan diadakan audisi season 5 sebulan sebelum audisi aku mengumpulkan teman teman sekomunitas stand up comedy kota Malang yang ingin mengikuti audisi, dan kita melakukan  sharing secara intensif bareng. Hampir setiap hari kita bercengkrama ditemani dinginnya kota Malang dan hangatnya segelas kopi hitam. Para senior yang “sukses” pada audisi sebelum-sebelumnya memberi tips agar lolos audisi. Aku di komunitas ini cukup senior jadi aku juga memberi tips tentang “bagaimana cara agar gak nangis dan pura pura tegar pas dicut juri”. Semua yang hadir ingin dapat golden ticket dan berangkat ke Jakarta, termasuk aku karena bagi comic (stand up comedian) berangkat ke Jakarta sama “wah” nya seperti berangkat ke Mekkah pada umat Islam.
26 Novermber 2014 kami sekomunitas bersama menuju tempat audisi di Surabaya. Kami berangkat pulul 8 pagi dari Malang, perjalanan yang macet parah dan ada anggota komunitas yang perutnya selalu ingin memadu kasih dengan WC di SPBU menyebabkan kami sampai Surabaya pukul 11.50, pendaftaran hampir ditutup. Banyaknya orang mengantri dan Surabaya yang panas membuat perpaduan bau busuk mirip ee’ tapir dan muka pengantri yang mirip ladang minyak menjadi hal yang wajar. Aku dan temen temen komunitas akhirnya mendapat nomer antrian dan kami menunggu untuk dipanggil ke ruang audisi. Sembari menunggu audisi temen-temen menghafal materi komedi yang akan dibawakan, sedangkan aku bertanya-tanya dalam hati, apakah nasib malang ku ini tetep menghantui.
Dua teman pertama dari Malang yaitu Firman dan Ciwid sudah mendapat golden ticket, disusul dengan Dani yang menjadi salah satu comic favoritku di kota Malang. Mereka bertiga memberiku motivasi untuk mendapatkan golden ticket juga, dan saat saat yang ditunggu tiba akupun masuk ruang audisi. Aku deg-degan banget, rasanya kaya mau ujian nasional matematika tapi pake bahasa Uganda. Pas uda diatas panggung, kejadian audisi sebelumnya alhamdulillah tidak terjadi, aku tidak dicut oleh Indro dan aku tidak dicut sama Radityadika tapi dicut mereka bareng. Keluar ruang audisi aku sedih, sakit rasanya mirip luka gores yang ditetesin bubuk ajinomoto.
Di audisi season 5 ini, aku tidak mendapat yang aku inginkan tapi mendapatkan apa yang aku butuhkan yaitu melihat teman teman seperjuangan tampil berdiri dipanggung yang selama ini kami nanti-nantikan. Nasib malangku ini mungkin sulit dihilangkan tapi aku yakin, selama kami bersama dan terus latihan suatu saat akan membuahkan hasil yang membanggakan.

1 comment: